JUVENTUS x DYBALA dan "CINTA" YANG MENYEBALKAN
Tiga minggu yang lalu masih terasa kegembiraan bisa pulang ke kampung halaman menikmati tarawih, sahur, berbuka puasa bersama serta merayakan hari raya dengan penuh suka cita berkumpul tentu dengan orang-orang tercinta. Alhamdulillah semua dilewati dengan riang gembira.
Libur telah usai, kembali beraktifitas rutin bekerja. singkatnya, sampailah tiba menyaksikan laga terakhir adik kita, Idola "Kita" La Joya berkostum Juventus di Allianz Stadium pada pekan 37. Senin Malam Waktu Italia, (16/5). Disinilah cerita kesenangan pulang kampung berubah menjadi keangkeran (KKN keleesss)
Saya masih belum mengerti, masih termenung ketika menyaksikan laga kandang terakhir Juventus musim ini (2021/2022), Juventus Kontra Lazio, saya sudah tidak fokus lagi dengan hasil pertandingan, strategi yang dipasang Allegri, ataupun statistik pertandingan yang masih dibahas dan diperbincangkan oleh sebagian Juventini di penjuru dunia sebagai bahan olok-olokan untuk Juventus serta Allegri. Bahkan ada pemain muda melakukan debut di tim senior pun saya tak peduli.
Pandangan saya tak lepas dan lebih tertuju pada Sosok Pemegang no 10 yang saya kagumi setelah Del Piero dan Teves (maklum sebelum del piero saya belum menyaksikan langsung :)) ). Meskipun ada Chiellini yang juga menjalani laga terakhirnya berkostum Juve malam itu (laga kandang tepatnya), tapi kesan dan kesedihan mendalam saya lebih rasakan terhadap perpisahan Pemain yang dijuluki La joya tersebut.
Semakin bertambah sedih ketika Vlahovic melakukan selebrasi #Dybalamask sebagai penghormatan kepada Dybala setelah ia mencetak gol pertama untuk Juventus malam itu. Dybala bermain baik, aksi-aksi yang dipertontonkan Dybala malam itu menyihir saya, kontribusinya untuk gol kedua Juventus juga tak bisa dibilang biasa-biasa saja, backheelnya kepada cuadrado sebelum terciptanya Gol dari morata sangat menyejukkan mata.
www.football-italia.net
78 menit berjalan Dybala ditarik keluar, dengan tak bersemangat sambil menahan tangis dia menyapa dan berpelukan dengan beberapa pemain juga tak lupa melambaikan tangan kepada Juventini di tribun sembari meninggalkan lapangan, membuat pertandingan malam itu sudah tak menarik lagi untuk diteruskan. Sorot kamera juga sesekali mengarah dan mengambil gambar Dybala yang memberi tanda tangan kepada para penggemar. Pemandangan yang mengharukan.
Usai Laga, Juventini masih bertahan di Allianz Stadium memberi penghormatan terakhir kepada Chiellini dan Dybala, Sang Kapten Chiellini memutuskan pensiun dan Dybala yang harus berpisah karena kontrak yang tidak diteruskan. Tentang Dybala, tangisan yang sempat tertahan akhirnya tak terbendung, Juventini bersedih dan seolah mimpi, tapi ini memang nyata terjadi. Dari sini muncul pertanyaan di hati saya, Cinta macam apa ini??
Ya! Cinta macam apa ini? apa benar mereka masih saling mencintai? sekejam itukah masalah yang ada hingga tak mampu membuat mereka tetap bersatu lebih lama lagi? Dybala Minim kontribusi, langganan Cedera, minta naik gaji, agen yang tidak becus atau apa lagi dan apa lagi? beberapa berita sumbang terdengar, entah benar atau salah. Bagi saya ini memang salah satu kisah Cinta Paling menyakitkan dalam dunia sepakbola, Juventus Khususnya.
Saya paham konsep menjadi Fans kita pasti, kudu dan harus siap kehilangan pemain yang silih berganti pergi, bahkan sebelum ini juga kita sudah kehilangan banyak pemain hebat seperti Del Piero salah satu yang terbaik, Inzaghi merupakan pemain idola saya ketika awal saya jatuh cinta kepada Juve harus berpaling ke AC Milan, lalu Tacchinardi yang juga henggang, salah satu pemain idola yang no punggungnya sekarang menjadi nomor kesukaan dan juga selalu saya gunakan #20, Namun pada kisah Dybala saya merasa lebih haru. Ada polemik atau sekedar skenario yang memang sudah dirancang sedemikian rupa? drama perpanjangan kontrak terburuk kah ini??, masing-masing yang mempertahankan ego tidak mau mengalah atau, atau, atau......semakin menjadi-jadi kebengongan saya. heran!
Dybala memang bukan satu-satunya pemain yang sangat mencintai Juventus, ada Mandzukic, Marchisio, Giovinco dan banyak lagi yang harus hengkang meski masih mencintai Juventus. Tapi saya melihat perjalanan dan kisah Contract Extension sedikit ironis, Dybala masih tergolong pemain hebat di usia matang (28 tahun), masa jayanya masih cukup panjang, skillnya juga tidak biasa, pemain yang unik dan dicintai fans bukan cuma terbatas Juventini saja. Kekurangan Dybala memang sering keluar masuk puskesmas Juve 2 musim terakhir, kontribusinya untuk tim menjadi menurun. Apa memang ini satu-satunya alasan Manajemen Juventus menolak perpanjangan kontrak?
Dari sisi Dybala, isu berkembang sang pemain meminta kenaikan gaji jika kontrak baru siap ditandatangani. Tarik ulur perpanjangan kontrak jadi isu yang setahun belakangan jadi sorotan media, Alot dan tidak berkesudahan. Seakan menerjemahkan kedua bela pihak masing-masing mempertahankan ego. Seperti Lagu Judika "Putus atau terus"!
Di luaran sana banyak komentar buruk tentang Dybala yang ingin meminta gaji tinggi, pro dan kontra berseliweran (untungnya bukan seperti mendebatkan bubur diaduk atau tidak diaduk). Dybala tidak pantas menerima gaji tinggi dengan minimnya kontribusi, atau manajemen yang pelit tak pandai mengatur keuangan dan mempertahankan pemain berkualitas, kira-kira begitu sedikit pendapat Juventini tentang kasus Dybala ini.
Pada Akhirnya, kalimat bijak muncul, "Semua Sudah terjadi, Juve akan terus berlayar", mengutip komentar Mantan bek terbrutal Juventus Paolo montero yang mengatakan jika Juventus berani kehilangan Dybala berarti manajemen sudah memikirkan penggantinya. Apapun yang terjadi Juventus tetaplah Juventus yang kita selalu berharap terus berprestasi dengan terus berbenah di semua lini baik kepresidenan, managemen, pelatih dan tentunya kualitas pemain dan permainan yang memang bekerja karena rasa cinta kepada Juventus dan mengerti arti Seragam Bianconeri.
Saya berharap ini adalah kisah buruk terakhir negoisasi antara Juventus dan Pemainnya, dan biarlah menjadi sejarah kelam dalam dunia perpanjangan kontrak pemain sepakbola. Grazie La Joya! Kenangan Gol-gol manismu ke gawang rival dan gol freekick indahmu ke gawang Atletico Madrid akan selalu kami ingat. Skilmu yang tak dimiliki pemain lain akan selalu membuat kami kagum saat kembali kami saksikan. Tangisan perpisahanmu sudah cukup membuat kami paham betapa kau mencintai Klub Ini.
Mengutip dari postingan Instagram @paolodybala yang selaras dengan lirik lagu Flanella.
"Hanya Waktu yang mampu mengerti, betapa berat perpisahan ini, semoga cerita cinta ini, menjadi kenangan indah nanti" -Flanella- (gen z tau gak ya lagu ini hihii)
Ciao Paolo. Dimana nanti tempat mu berganti seragam kami percaya kau paham tentang menjaga cinta Juventini terhadapmu. (paham kan kau maksud aku dik!!)
7 musim Paolo Dybala di Juventus :
- 291 Laga
- 115 Gol
- 48 Assist
- 12 Gelar (5 Scudeto, 4 Coppa, 3 Supercoppa)
- 1 Best Player Serie-A
- 2x Ganti Pacar
#ForzaLaJoya
#ForzaJuventus
Komentar
Posting Komentar
terima kasih ya semoga bermanfaat